Senin, 28 Februari 2011

sosiologi & ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Seorang manusia akan memiliki perilaku yang
berbeda dengan manusia lainnya walaupun
orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati
suka menolong serta rajin menabung dan ada
pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat
kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan
melakukan interaksi dan membuat kelompok
dalam masyarakat.Terlebihjika dikaitkan dalam
hal kegiatan ekonomi. Banyak hal yang dapat
dikaji dalam kaitannya antara sosiologi dan
kegiatan ekonomi. Dalam hal ini penulis mamaparkan gambaran umum dari sosiologi
ekonomi itu sendiri. BAB II PEMBAHASAN 1. A. GambaranUmum Sosiologi
Ekonomi Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata
socius dan logos, di mana socius memiliki arti
kawan / teman dan logos berarti kata atau
berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim,
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung
cara bertindak, berpikir, berperasaan yang
berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk
mengendalikan individu. Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam
berhubungan dan juga proses yang dihasilkan
dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi
adalah untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. [1] Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti
kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial,
khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas
sosial. Tokoh utama dalam sosiologi adalah Auguste
Comte (1798-1857) berasal dari perancis yang
merupakan manusia pertama yang
memperkenalkan istilah sosiologi kepada
masyarakat luas. Auguste Comte disebut sebagai
Bapak Sosiologi di dunia internasional. Di Indonesia juga memiliki tokoh utama dalam ilmu
sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia yaitu Selo Soemardjan / Selo
Sumarjan / Selo Sumardjan. [2] Jadi jika dikaitkan dengan ekonomi, maka
sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam
kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan
produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen
barang dan jasa yang bersifat langka dalam
masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi
adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang
terlihat dalam konteks non-ekonomis. [3] Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme
pasar (interaksi ekonomi yang dilakukan antar
individu dan masyarakat) sebenarnya berawal
dari hubungan yang sederhana antara individu
dan masyarakat (interaksi sosial) dalam rangka
mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, ekonomi tidak dapat dipisahkan dari
aspek sosial. Bahkan aktivitas ekonomi selalu
melekat dalam sosialitas tempat kejadian
ekonomi itu berlangsung. Begitupun sebaliknya. Sebagai contoh mari kita ulas sejenak pandangan
sosiologi terhadap fenomena proses produksi
dan proses distribusi. Proses produksi dan proses
distribusi dengan berbagai analisa yang
digunakan disiplin ekonomi ternyata masih
mempunyai sisa untuk dipandang dari segi lain oleh disiplin ilmu lain: sosiologi. Proses produksi dalam pandangan sosiologis
ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam
rangka mempertahankan eksistensi
(keberadaan) sebuah masyarakat. Proses
produksi dilihat sebagai institusi ekonomi
berperan untuk mengadakan kebutuhan- kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh
karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat
dari segi ekoomis tetapi juga sosiologis yang
mempunyai peran subsistem dalam sebuah
struktur masyarakat. Dalam proses distribusi atau pertukaran terlihat
proses relasi antara rumah tangga produksi dan
rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan
dalam hal distribusi barang hasil produksi saja
proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga
konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi
faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan modal.
Dengan mencermati proses distribusi kita bisa
melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan
masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Dalam proses inilah yang merupakan relasi
antara permintaan dan penawaran kita semakin
melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan
juga makhluk sosial. 1. B. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Ekonomi Secara historis perkembangan pemikiran
Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh
berkembangnya paham-paham, pemikiran-
pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi yang
melihat cara kerja sistem ekonomi dengan
menekankan pula pada aspek-aspek non- ekonomi. Salah satu dari paham-paham, teori-teori,
pemikiran-pemikiran yang mendukung
perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut
adalah Paham Merkantilisme, yang
berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama
dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan
adalah dengan meningkatkan kekayaan Negara. Didalam kehidupan masyarakat sebagai satu
system maka bidang ekonomi hanya sebagai
salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh
karena itu, didalam memahami aspek kehidupan
ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan
antara factor ekonomi dengan factor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Factor-faktor
tersebut antara lain: faktor agama dan nilai-nilai
tradisional, ikatan kekeluargaan, etnisitas, dan
stratifikasi sosial. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh
yang langsung terhadap perkembangan
ekonomi. Faktor agama dan nilai-nilai tradisional:
ada nilai-nilai yang mendorong perkembangan
ekonomi, akan tetapi ada pula nilai-nilai yang
menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini
yakni keluarga dan kelompok etnis, yang
terkadang mendorong pertumbuhan dan
terkadang pula menghambat pertumbuhan
ekonomi. [4] Keberadaan Tradisi sosiologi ekonomi yang
besar dan kaya, yang mana dengan kekerasan
dimulai berdekatan abad ke-XX. Tradisi ini telah
membangkitkan kedua konsep penting ,ide-ide
dan hasil penelitian berarti, yang mana kita
ketahui saat ini dan terkumpul didalam prespektif. Sosiologi ekonomi mencapai
puncakya dua kali sejak kemunculannya: di
1890-1920 dengan teoritis sosiologi klasik
(kesemuanya menarik dan menulis mengenai
ekonomi), dan saat ini , semenjak 1980an terus
berlangsung. Sosiologi ekonomi klasik dan pendahulunya Yang
pertama menggunakan istilah sosiologi ekonomi
muncul pada tahun 1879, ketika muncul karya
oleh ekonom Inggris W. Stanley Jevons
1879-1965. Istilah itu lebih digunakan oleh ahli
sosiologi dan muncul, sebagai contoh, karya Durkheim dan Weber selama tahun 1890-1920
(sociologie economique, Wirtschaftssoziologie).
Juga selama beberapa dekade itu sosiologi
ekonomi klasik lahir, memberikan contoh bagi
karya serupa seperti The Division of Labor in
Society(1893) oleh Durkheim, the Philosophy of money(1900) oleh Simmel, dan Economy and
Society(dihasilkan antara 1908-20) oleh Weber. Sosiologi ekonomi klasik mengalami kemajuan
untuk mengikuti beberapa karateristik. Pertama,
Weber dan yang lain berbagi pengertian itu
mereka sebagai pelopor, membangun tipe
analisis yang belum ada sebelumnya. Kedua,
mereka memfokuskan pada pertanyaan- pertanyaan pokok yang mendasari: apa aturan
dari ekonomi di masyarakat?bagaimana analisa
sosiologi terhadap ekonomi berbeda dengan
para ahli ekonomi? Apa itu tindakan ekonomi?
Untuk ini harus ditambahkan tokoh klasik yang
mengasyikan dengan pemahaman kapitalisme dan berpengaruh di masyarakat- “perubahan besar” kira-kira membawa hal itu. Melihat beberapa karya bebas kebelakang yang ada
sebelum periode 1890-1920 dalam satu aliran
atau lainnya menggambarkan terlebih dahulu
beberapa pengertian sosiologi ekonomi. Dalam
bayangan penting, contoh, Laws oleh
Montesquieu sebagai pelopor analisis comperatif kedalam bermacam fenomena ekonomi di
negara republik, monarki dan lalim (montesquieu
[1748]1989). Menekankan Aturan kerja di
masyarakat karya dari Simon (1760-1825), yang
juga membantu mempopulerkan istilah
indusrtialisme(cf. Saint-Simon 1964). Karya dari Alexis de Tocqueville (1805-1859) yang penuh
akan kelebihan, pemikiran sosiologi adalah
beberapa dari banyak ahli sosiologi yang setuju.
Hal itu juga memberikan kontribusi terhadap
sosiologi ekonomi betapapun kecilnya
(tocqueville[1835-40]1945,[1856]1955;cf. Swedberg 2003,6-8). Dari beberapa pelopor ini
kita hanya akan berkonsentrasi pada Karl Marx,
tokoh dengan gagasan terbesar pada abad 19,
ide-idenya tetap aktif sebelum lahirnya sosiologi
modern.
Karl Marx Karl Marx (1818-1883) masuk dengan aturan
sosiologi ekonomi di masyarakat dan
mengembangkan teori menurut ketekunan
perkembangan ekonomi secara umum
dimasyarakat. Apa yang orang lakukan di
kehidupannya, Marx juga berargumen, ada ketertarikan material, dan juga metenaokan
struktur dan proses dimasyarakat. Ketika Marx
ingin membangun pendekatan secara ilmiah di
masyarakat, ia juga memasukan paham politik
untuk merubah dunia. Hasilnya kita ketahui
sebagai “Marxisme ”-campuran dari ilmu sosial dan pernytaan politik, masuk dalam satu ajaran.
Untuk bermacam sebab Marxisme salah atau
tidak relevan dengan sosiologi ekonomi. Telalu
jauh berpihak dan fanatik untuk mengambil
seluruhnya. Tugas yang sulit menghadang
sosiologi ekonomi saat ini untuk mengintisari aspek-aspek Marxisme yang berguna Pendapat
Marx dimulai dari unsur buruh dan produksi.
Seseorang bekerja untuk tuntutan hidup.
Perhatian ekonomi/material selalu dihubungkan
secara umum. Buruh sosial lebih baik dari sifat
dasar individual, sejak orang bekerja sama untuk tuntutan hasil. Marx mengkritik ahli ekonomi
untuk penggunaan individu yang terisolir; dirinya
sendiri terkadang mengatakan “ individu sosial”. Hal terpenting perhatian ini juga pada sifat dasar bersama, istilah Marx “Perhatian Kelas ”. Perhatian hal ini, bagaimanapun, hanya akan efektif jika seseorang sadar seharusnya
datang ke kelas yang dapat dipercaya. Marx
mengkritik pemikiran Adam smith ’s mengenai gabungan perhatian individu dan lebih lanjut
pada perhatian umum masyarakat (“tangan gaib”). Menurut Marx secara khas kelas menindas dan bertarung sesamanya dengan
begitu buas, kisah sejarah ini sama jika ditulis
menggunakan “ surat darah dan api” ([1867]1906,786). Kalangan borjuis tidak terkecuali dinalam nilai ini sejak menganjurkan
“kekerasan dan keinginan sangat jahat dari hati manusia, kemarahan atas perhatian pribadi ” . didalam beberapa karya Marx mengusut sejarah
perjuangan kelas, dari masa awal hingga masa
mendatang. Rumusan terkenal dari era 1850an,
negara berada dipanggung yang benar
“hubungan produksi ” masuk pada konflik dengan kekuatan produksi dengan revolusi dan
jalan pintas ke hal baru “Mode of Production” sebagai hasilnya. Marx menulis Modal bagai
meletakan hal kosong “ hukum ekonomi dari gerakan masyarakat modern ”. Dan hukum ini bekerja “dengan besi kebutuhan yang tidak dapat dihindari hasilnya ” dari perubahan revolusioner. Ciri-ciri positif pendekatan Marx
adalah pengertian yang luas kepada orang yang
rela untuk berjuang untuk perhatian materi. Ia
juga berkontribusi untuk pemahaman bagaimana
kelompok besar dari seseorang. Serupa dengan
ketertarikan ekonomi, dibawah keadaan yang baik mereka dapat bersatu dan menyadari
perhatian bersama. Sisi negatifnya Marx jelas
sekali meremehkan aturan di kehidupan
ekonomi orang lain dengan lainnya. Dugaannya,
ketertarikan ekonomi berada di tangan terakhir
dari masyarakat juga tidak mungkin dipertahankan. “ struktur sosial, tipe dan sikap menciptakan ketidaksiapan ” untuk memuji kutipan dari Schumpeter.
Marx Weber Diantara sosiologi ekonomi klasik Marx Weber
menempati tempat unik. Ia mengalami proses
paling jauh kearah membangun sosiologi
ekonomi., dasar teori dan berdasarkan studi
empiris(swedberg 1998). Faktanya Ia berkerja
mirip profesor ekonomi, tidak ragu-ragu untuk usaha membangun jembatan antaran ekonomi
dan sosiologi. Marx weber Juga telah membantu
menempati pertanyaan penelitian utama
disepanjang karirnya, berupa kesamaan sifat
dasar ekonomi dan sosial: untuk memahami asal-
usul kapitalisme modern. Weber menggambarkan peranan jahat di pekerjaan
teoritisnya terhadap perhatian waktu dan
memperluas garis itu dalam membuat pekerjaan
dengan pemikiran sosiologi. Pelatihan akademi
Weber pada dasarnya menekankan hukum
sebagai hal utama, dengan latar belakangnya sebagai spesialis hukum. Dua disertasi- satu
dalam perusahaan perdagangan menengah (Lex
mercatoria) dan lainnya dalam perdagangan
tanah di permulaan Roma- topik yang relevan
untuk memahami munculnya kapitalisme:
timbulnya pemilikan pribadi terhadap tanah dan pemilikan di perusahaan (menentang pemilikan
pribadi). Karya ini mengkombinasikan studi
tentang jabatan pekerja desa, berdasarkan
pendapatannya dalam posisi ekonomi (“politik ekonomi dan finansial ”) di awal 1890an. Dalam kapasitasnya ia mengajarkan ekonomi
namun sebagian besar menerbitkan sejarah
ekonomi dan dalam pertanyaan politik. Weber
menulis, sebagai contoh, sangat besar
menggantikan perundangan. Kearah akhir
1890an Weber jatuh sakit, dan untuk 20 th selanjutnya dia bekerja pada sekolah pribadi. Di
tahun ini Ia memproduksi studi terbaik, Etika
Protestan dan semangat kapitalisme (1904-05)
karya mengenai etika ekonomi didalam dunia
religi. Di 1903 Weber menerima posisi kepala
redaktur giant hand book of economics. Dari mulai kumpulan pendapat “ekonomi dan masyarakat ”yang berasal dari dirinya sendiri. Perkerjaannya saat itu diketahui sebagai
“ekonomi dan masyarakat ” terdiri atas gabungan karyanya yang telah dipublikasi dan
penemuan scrip yang ditemukan setelah
kematiannya. Di 1919-20 Weber juga mengajar
kursus di sejarah ekonomi, yang mana
merupakan bagian catatan bersama selama
beberapa tahun di pendidikan dasar, lebih dulu dipublikasikan sebagai sejarah ekonomi umum,
mengandung banyak perhatian materi sosiologi
ekonomi. Lebih jauh Weber menulis tentang
sosiologi ekonomi dapat ditemukan dalam
Collected Essays in the Sociology of Religion
(1920-21) dan Economy and Society (1922). Yang pertama berisi revisi dari The Protestant Ethic
“The Protestant Sects and The Spirit of Capitalism” (1904-05; revisi 1920) dan banyak menulis etika ekonomi Cina, Indian, dan Yahudi.
Menurut Weber, bahan dalam Collected Essays,
sebagian besar perhatian sosiologi agama juga
kepentingan sosilogi ekonomi. Penelitian yang paling berpengaruh adalah The
Protestant Ethic. Berpusat sekitar keasyikan
Weber dengan artikulasi dari ideal dan
kepentingan material dan ide-ide. Penganut
petapa aliran protestan merangsang dengan
hasrat untuk menyelamatkan (perhatian religi) dan tindakan yang sesuai. Untuk berbagai alasan
yang berlawanan asas akhirnya individu percaya
bahwa pekerjaan sekuler (duniawi).
Membawanya ke cara metodis, menggambarkan
alat keselamatan – kapan ini terjadi, kepentingan agama dikombinasikan dengan kepentingan
ekonomi. Hasil kombinasi ini adalah pembebasan
dari kekuatan yang besar, yang mana
menghancurkan tradisi dan anti ekonomi
berpegang pada agama diatas orang dan
memeperkenalkan mentalitas baik dalam aktifitas kapitalis. Tesis dalam The Protestant
Ethic sudah membawa debat besar, dengan
banyak pelajar yang membantah Weber.
Sementara ia menulis The Protestant Ethic, Weber
menerbitkan sebuat esai, “ ‘Objectivity ’ in Social Science and Social Policy ” yang menerangkan teoritisnya melihat sosiologi
ekonomi. Ia berpendapat ilmu ekonomi harus
luas dan seperti paying. Tak hanya memasukkan
teori ekonomi tapi juga memasukkan sejarah
ekonomi dan sosilogi ekonomi. Weber juga
beralasan bahwa analisis ekonomi harus mencakup tak hanya “fenomena ekonomi ” tapi juga “fenomena yang berkaitan dengan ekonomi ”. Fenomena ekonomi terdiri dari bank- bank dan bursa. Fenomena yang berhubungan
dengan ekonomi adalah fenomena non-ekonomi
keadaan yang kurang pasti harus mempunyai
pengaruh terhadap fenomena ekonomi., seperti
pada kasus petapa Protestan. Secara ekonomi
fenomena mengkondisikan lebih luas dipengaruhi oleh fenomena ekonomi. Tipe agama
yang berkelompok ada rasa persamaan, contoh
sebagian bergantung dalam semacam kerja yang
anggota lakukan. Sementara teri ekonomi hanya
dapat mengatasi fenomena ekonomi murni
(dalam versi rasional meraka), sejarah ekonomi dan sosiologi ekonomi bisa menyetujui dengan
tiga kategori fenomena. Sebuah pendekatan yang agak berbeda,
keduanya untuk sosiologi ekonomi dan
kepentingan, bisa ditemukan dalam Economy and
Society. Bagian pertama berisi analisis secara
umum. Dua konsep penting adalah “tindakan sosial” dan “permintaan”. Dalam “tindakan ” ditegaskan sebagai kebiasaan berinvestasi dengan ‘maksud ’, adalah memenuhi syarat sebagai “sosial” jika diorientasikan kepada actor lainnya.
“Permintaan” melewati masa, dipandang objektif dan dikelilingi bermacam persetujuan.
Ekonomi yang mempelajari tindakan ekonomi
murni, adalah semata-mata tindakan oleh
kepentingan ekonomi. Bagaimanapun sosiologi
ekonomi mempelajari tindakan sosial ekonomi,
yang mendorong bukan saja oleh kepentingan ekonomi tapi juga oleh tradisi dan emosi; lagipula
selalu berorientasi pada satu aktor. Jika
mengabaikan satu tindakan, menurut Weber,
malahan focus dalam keseragaman empiris, ada
kemungkinan untuk membedakan tiga tipe
berbeda : diinspirasikan oleh “pengakuan ” oleh “adat” (termasuk “kebiasaan ”) dan “kepentingan ”. Tipe tindakan yang paling seragam mungkin terdiri dari perpaduan
ketiganya. Tindakan yang “ditentukan oleh kepentingan ” ditegaskan oleh Weber sebagai instrumen dalam sifat dasar dan
mengorientasikan ke dugaan identik. Contoh,
pasar modern, dimana setiap aktor rasional
secara instrumental dan menganggap semua
orang baik. Weber menegaskan bahwa kepentingan selalu
subjektif, kepentingan “objektif ” tak ada melebihi aktor. Dalam kalimat khas Weber
berbicara “kepentingan aktor sebagai dirinya sendiri adalah sadar akan mereka ”. Dia juga mencatat dimana saat beberapa orang
berkelakuan dalam sikap instrumental dalam
hubungan untuk kepentingan individualis
mereka, hasil yang khas adalah motif kebiasaan
bersama sangat stabil daripada memaksakan
norma dengan wibawa. Contoh, susah untuk membuat seseorang melakukan kegiatan
ekonomi untuk melawan kepentingan pribadi. Uraian sosiologi ekonomi Weber dalam Economy
and Society menghasilkan poin-poin pokok.
Tindakan ekonomi dua aktor yang berorientasi
satu sama lain merupakan hubungan ekonomi.
Hubungan ini dapat membawa berbagai
ungkapan, termasuk konflik, kompetisi dan kekuatan. Jika dua atau lebih actor atau lebih
bersama-sama oleh rasa memiliki, hubungan
ekonomi bisa terbuka dan tertutup. Kepemilikan
menggambarkan bentuk khusus dari ekonomi
tertutup. Organisasi politik merupakan bentuk
penting lainnya dari hubungan ekonomi tertutup. Beberapa organisasi ini murni ekonomi,
sementara lainnya memiliki sasaran ekonomi
yang lebih rendah atau memiliki tugas pokok
urusan ekonominya sendiri. Contoh, serikat
buruh, Weber melampirkan pentingnya peran
kapitalisme dalam perusahaan. Dilihat sebagai tempat aktifitas pengusaha dan sebagai
kekuatan revolusioner. Pasar, seperti banyak
fenomena ekonomi, berpusat sekitar konflik
kepentingan, dalam kasus ini antara penjual dan
pembeli. Pasar melibatkan pertukaran keduanya
dan kompetisi. Kompetitor harus bertarung habis-habisan siapa yang akan menjadi penjual
dan pembeli terakhir, dan hanya bila perjuangan
ini sudah mantap adalah tempat untuk
pertukaran itu sendiri (perebutan pertukaran).
Hanya kapitasime rasional lah pusat tipe pasar
modern. Yang disebut kapitalisme politik itu kunci untuk membuat keuntungan adalah cukup
negara atau kekuatan politik yang memberi
kemurahan, perlindungan, atau semacamnya.
Iklan kapitalisme tradisional terdiri dari
perdagangan skala kecil, dalam bentuk uang
atau barang dagangan. Kapitalisme rasional hanya muncul di Barat. 1. C. Paradigma Dalam Perkembangan
Sosiologi Ekonomi Paradigma sosiologi, atau ilmu sosial itu
Pembagian sendiri, oleh George Ritzer menjadi
tiga golongan[5] : 1. Paradigma Fakta Sosial Fakta sosial merupakan terminologi yang
digunakan oleh Emile Durkheim, seorang
perintissosiologi modern berkebangsaan
Perancis. Fakta sosial diartikan Durkheim
sebagaicara berfikir, bertindak dan merasa yang
berada diluar kesadaran manusia yang bersifat memaksa.
Fakta sosial muncul dalam bentuk
nilai-nilai kultural, institusi sosial, sistem ekonomi
juga politik. (Doyle
Jhonson,1997 : 23). Dengan bersifat eksternal dan
memaksa, maka fakta sosial merupakan sesuatu yang bekerja secara
obyektif. Artinya fakta sosial ada dan
berada di luar kehendak manusia itu sendiri.
Sebagaimana diulas oleh Peter
Berger, keberadaan fakta sosial ini menunjukkan
sisi obyektivasi dari kenyataan sosial (Peter Berger, 1993).Konsepsi Durkheim
mengenai fakta sosial merupakan terobosan
intelektual yang sangat radikal dizamannya. Hal
ini terutama dikarenakan status sosiologi yang
berada di antara pengaruh ilmu psikologi dan
filsafat sosial. Di jaman itu sosiologi dipandang belum memiliki status
sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki
bidang penyelidikan (obyek masalah/subject
matters) sebagai salah satu ukuran
agar memperoleh status itu. Lewat karyanya
yang berjudul “The Rule Of Sosiological Methodâ”. Durkheim mengembangkan penggunaan ilmu statistik sebagai salah satu
instrument metodologi dalam ilmu sosial,
khususnya sosiologi. Dalam karyanya tentang
bunuh diri (Suicide), teknik statistik sosial itu coba
diterapkan. Dengan perkataan lain,
Durkheim adalah peletak dasar dari perkembangan awal paradigma fakta sosial.
Dalam rumpun paradigma fakta sosial, obyek
masalah utama yang sering diselidiki
adalah struktur sosial dan proses sosial. Struktur
sosial adalah pola hubungan
sosial (relasi dan interaksi) yang terbentuk di antara individu dengan individu,
individu dengan institusi maupun institusi dengan
institusi. Sementara proses
sosial adalah sisi dinamika dari bekerjanya
struktur social Teori-teori utama yang terkenal
dari paradigma fakta sosial antara lain adalah teori struktural – fungsional, teori konflik sosial serta teori sistem. 1. Paradigma Definisi Sosial Paradigma definisi sosial dibangun fondasinya
oleh Max Weber, seorang sosiolog
berkebanggaan Jerman. Berbeda dengan
batasan sosiologi yang dikembangkan
Durkheim, bagi Weber, sosiologi adalah ilmu
sosial yang bersifat interpretative Sosiologi bagi Max Weber adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki makna-makna
subyektif dari sebuah proses interaksi sosial
timbal balik untuk memahami
implikasi-implikasi yang dilahirkannya. Karena
itu, ilmu sosiologi yang dimaksudkan oleh Weber dikenal juga sebagai
sosiologi subyektif. Dalam pandangan Peter Berger, ilmu sosiologi
yang dimaksudkan oleh Weber,
menunjukkan obyek penyelidikan yang
berhubungan dengan konstruksi makna-makna
sosial sebagai sebuah kenyataan sosial
tersendiri. Makna-makna subyektif yang lahir sebagai hasil dialektika antara diri dan
kenyataan eksternal inilah yang
disebut sebagai sisi subyektif dari kenyataan
social. Dengan perkataan lain, kenyataan sosial
tak semata berada di luar kesadaran manusia.
Akan tetapi kenyataan sosial itu mengendap dalam struktur kesadaran subyektif manusia dan
mempengaruhi dirinya dalam berperilaku.
Endapan kognitif dari kenyataan sosial pada diri
individu juga turut membentuk peta kognitif uang
membuat dirinya mampu menafsirkan
perubahan situasi sosial. Definisi diri atas situasi menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
diselidiki
dalam kasus interaksi sosial yang bersifat
dualistic. Beberapa aliran teoritik penting yang
tergolong dalam rumpun paradigma definisi
sosial adalah teori interaksionisme simbolik dan teori fenomenologi.Teori interaksionisme-
simnolik misalnya berpandangan bahwa
kenyataan social sesungguhnya merupakan
susunan lambang-lambang yang
menyembunyikan makna-makna dibaliknya.
Interaksi sosial antara manusia di mediasi oleh lambang-lambang atau sistem lambang (simbol),
seperti bahasa, mode berpakaian, kitab hukum,
dan lainnya. Tanggung jawab sosiolog untuk
menafsirkan dan memahami lambing-lambang
itu. Beberapa tokoh penting definisi sosial, selain
Max Weber, adalah Alfred Shcuzt, Peter Berger, George Herbet. Mead. 1. Paradigma Perilaku Sosial Paradigma perilaku sosial memahami kenyataan
sosial berada dalam hubungan
stimulus-respon yang dialami individu ketika
berhadapan dengan lingkungan
sosialnya. Individu pada dasarnya memberi
tanggapan (respons) sosial karena mendapatkan stimulus (rangsangan) yang
datang dari luar dirinya. Rangsangan ini
bisa datang dari individu atau dari lingkungan
sosial yang lebih besar, seperi
keluarga atau institusi politik. Paradigma ini
memang sangat kuat dipengaruh oleh B.F Skinner, seorang psikolog yang
mengembang teori
Stimulus-Organizer-Respon. Dalam pemahaman
paradigma perilaku sosial, perilaku sosial yang
muncul sebagai hasil dari proses stimulus-respon
inilah yang menjadi obyek penyelidikan sosiologi. Kenyataan sosial tersusun dalam konteks
perilaku sosial yang
demikian. Menurut penganut paradigma ini,
masalah pokok sosiologi adalah
perilaku individu yang tak terpikirkan. Perhatian
utama paradigma ini pada hadiah (rewards) yang menimbulkan perilaku
yang diinginkan dan hukuman
(punishment) yang mencegah perilaku yang tak
diinginkan. Paradigma ini juga
dikenal sebagai aliran behaviorisme sosial. Salah
satu teori yang terkenal dari aliran perilaku sosial adalah teori pertukaran sosial yang
dikembangkan oleh Herbert Blumer. Bagi Lumer,
interaksi sosial sesungguhnya adalah sebuah
proses pertukaran sosial yang berisikan makna,
kepentingan, juga tujuan-tujuan di antara individu
yang berlangsung secara timbal balik.pertukaran sosial yang berlangsung diantara individu itulah
yang
menjadi penegas bahwa hukum stimulasi-respon
memang benar terjadi.
Stimulasi-respon adalah hukum menggerakkan
bekerjanya interaksi sosial yang menjadi inti dari terbentuknya kenyataan sosial.
Dalam perkembangannya kemudian, setiap
paradigma makin memperkuat dirinya agar bisa
terus menjawab masalah-masalah baru yang
muncul di masyarakat. Bahkan tak jarang
diantara masing-masing saling meminjam gagasan untuk mempertajam penafsiran. George
Ritzer, yang memberi pembagian paradigma ilmu
sosiologi sebagaimana telah diulas diatas,
mengusulkan untuk menggabungkan tiga
paradigma utama dalam satu kerangka
paradigma besar. Kerangka paradigma besar itulah yang membuatnya menyebut sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan berparadigma multi
(multiple paradigm). Status berparadigma multi
inilah yang membuat sosiologi begitu menarik
untuk dipelajari. Dengan memiliki paradigma
yang demikian kompleks, sosiologi sesungguhnya memberikan banyak pilihan
pendekatan, kerangka berpikir teoritis dan
perangkat metodologi yang bisa digunakan
tergantung kebutuhan dan situasi sosial empiris.
Karena itu, bukan sedikit pemikir sosial yang
menyebut sosiologi sebagai induk dari ilmu sosial. Seorang Auguste Comte, yang juga
merupakanperintis sosiologi Prancis sebelum
Durkheim, di akhir hidupnya bahkan
hendakmenjadikan sosiologi sebagai ilmu sosial
positifistis untuk menggantikan
pemikiran teologis dan pemikiran metafisis. Dengan berstatus paradigma multi,
sesungguhnya ilmu sosiologi dalam pandangan
George Ritzer mesti di integrasikan. Kunci bagi
paradigma yang terintegrasi adalah gagasan
mengenai tingkat-tingkat analisa sosial. Realitas
sosial paling cepat dilihat sebagai fenomena sosial yang paling beraneka ragam yang meliputi
interaksi dan perubahan terus menerus. Karena
itu menganalisis kenyataan social tak bisa
sepenuhnya sempurna dan dibutuhkan tingkatan
analisa untuk penyelidikan sosiologis yang lebih
taja, valid dan proporsional. 1. E. Ekonomi dan Faktor – Faktor Sosial Beberapa aspek sosial yang bisa dijadikan acuan
dalam melakukan analisis yang mempengaruhi
perilaku ekonom oleh individu adalah agama dan
nilai-nilai tradisional, ikatan kekeluargaan, dan
etnisitas. Dalam perkembangan dunia menuju modern
yang semakin menjauh dari “nilai”, aspek- aspek sosial tersebut mendapat serangan yang
begitu dahsyat dari para teoritisi modernis.
Aspek-aspek tersebut dituding sebagai faktor
yang menghambat pertumbuhan industrialisasi.
Tetapi, kenyataannya serangan tersebut tidak
sepenuhnya terbukti. Beberapa penelitian tentang agama dan nilai-nilai
tradisional dan budaya local memperlihatkan
betapa kedua hal tersebut menjadi pendorong
bagi kemunculan kapitalisme. Dalam sekte
Calvinis Agama Kristen terbukti bahwa agama
tersebut selalu menekankan pada para pengikutnya dengan menekankan untuk bekerja
keras dan hidup hemat, dan itu merupakan
bagian dari etika Sekte Calvinis tersebut.
Kemudian di Jepang dan di Indonesia pun
terdapat kenyataan bahwa kaum agamawanlah
yang pada kenyataannya memiliki semangat berlebih dalam melakukan interaksi ekonomi.
Ikatan kekeluargaan dan etnisitaspun tak
terlepas dari kecaman kaum modernis tersebut.
Disebutkan bahwa keduanya merupakan faktor
yang juga menghambat pertumbuhan ekonomi.
Namun statemen tersebut masih saja menemukan kejanggalan. Familiisme atau sumberdaya keluarga memililki
kontribusi terhadap perkembangan ekonomi
seperti kelahiran kapitalisme Cina. Meskipun
dalam kaca mata ekonomi, ikatan kekeluargaan
juga memberikan efek negative terhadap
kemajuan ekonomi. Sebab, akan menempatkan antar individunya dalam “lingkaran setan ” loyalitas yang pada hokum kalkulasi rasional
ekonomi. ‘Embeddedness’ Ekonomi Dan Perilaku Sosial
Inti dari pendekatan sosial terhadap transaksi
ekonomi adalah tindakan-tindakan ekonomi
dilihat sebagai fenomena yang melekat dan tidak
dapat dilepaskan begitu saja dengan aspek sosial
yang melingkupinya. Dengan demikian ekonomi tidak dapat dianalisis berdiri sendiri sebagai
suatu hal yuang otonom, tanpa melihat aspek lain
yang mempengaruhinya. Untuk selanjutnya
perspektif ini disebut sebagai teori
embeddedness (kemelekatan). Adanya kelangkaan suatu barang yang menjadi
kebutuhan manusia,membuat manusia semakin
berhati-hati dalam menentukan pilihan tindakan.
Manusia semakin bergerak ke tindakan yang
semakin efesien dan efektif dengan penuh
pertimbangan rasional. Dialektika (pergulatan menemukan sintesa) perjalanan manusia dalam
hubungannya dengan suatu situasi yang
menuntut pertimbangan matang, merupakan
proses konstruksi sosial terhadap kasus
ekonomi.. 1. G. Tokoh – Tokoh DalamSosiologi Ekonomi [6] Karl Marx Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang
kemudian meninggalkan agama Yahudi dan
beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya
menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya — adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah
Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan
artis masa-masa awal Karl. Marx terkenal karena analisis nya di bidang
sejarah yang dikemukakan nya di kalimat
pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya
adalah sejarah tentang pertentangan kelas. ” Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan
digantikan dengan komunisme, masyarakat
tanpa kelas setelah beberapa periode dari
sosialisme radikal yang menjadikan negara
sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum
paling bawah di negara Romawi). Marx sering dijuluki sebagai bapak dari
komunisme, Marx merupakan kaum terpelajar
dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa
analisis tentang kapitalisme miliknya
membuktikan bahwa kontradiksi dari
kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis
bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi
yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.
“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan
cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini.
Hasil dari pergerakan ini kita yang akan
mengatur dirinya sendiri secara otomatis.
Komunisme adalah pergerakan yang akan
menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil
dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal
sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya
mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam
perkembangan pekerja segera setelah ia
meninggal. Pengaruh ini berkembang karena
didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Namun,
masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini
yang belum mengenal ide Marxian ini sampai
pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan
Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap
berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam
bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis
biografi Francis Wheen mengulangi penelitian
David McLellan yang menyatakan bahwa sejak
Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut
tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh
kontrol pemerintah untuk dipelajari. Emile Durkheim Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis yang
terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga
Yahudi Prancis yang saleh – ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali
sekular. Malah kebanyakan dari karyanya
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor
sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar
belakang Yahudinya membentuk sosiologinya – banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah
sesama Yahudi, dan seringkali masih
berhubungan darah dengannya. Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang.
Ia masuk ke École NormaleSupérieure pada 1879.
Angkatannya adalah salah satu yang paling
cemerlang pada abad ke-19dan banyak teman
sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri
Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim
belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang
pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah
sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-
karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi,
Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini
adalah konflik pertama dari banyak konflik
lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang
tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat
itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan
tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh
ujian agrégation – syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga
didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam
Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan
terhadap pemerintahan republikan yang sekular.
Banyak orang menganggap pendekatan Katolik,
dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu- satunya untuk menghidupkan kembali
kekuasaan Prancis yang memudar di daratan
Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis
berada dalam posisi minoritas secara politik,
suatu situasi yang membakarnya secara politik.
Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim
tidak mungkin memperoleh pengangkatan
akademik yang penting di Paris, dan karena itu
setelah belajar sosiologi selama setahun di
Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang
saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia
mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu
posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim
memperbarui sistem sekolah Prancis dan
memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam
kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam
fakta sosial semata-mata membuat ia banyak
dikritik. Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim.
Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja dalam Masyarakat ”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan
perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan
“Aturan-aturan Metode Sosiologissebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu
dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di
Universitas Bourdeaux Pada 1896 ia menerbitkan
jurnal L’Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari
kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa
dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan
untuk kelompok mahasiswa yang
mengembangkan program sosiologinya). Dan
akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah
monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai
tujuannya untuk memperoleh kedudukan
terhormat di Paris ketika ia menjadi profesordi
Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis
secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk
mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang
cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat
orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus,
untuk mendapatkan pengangkatan politik,
Durkheim memperkuat kekuasaan
kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara
permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi.
Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya
besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan. Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang
tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri
Durkheim selalu patriotik dan bukan
internasionalis – ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi
datangnya perang dan propaganda nasionalis
yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu
membuatnya sulit untuk mempertahankan
posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung
negarainya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang
sederhana (ditambah dengan latar belakang
Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari
golongan kanan Prancis yang kini berkembang.
Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang
telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika
Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René,
anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam
perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat
terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah
bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan
lumpuh dan meninggal pada 1917. Max Weber Maximilian Weber (lahir di Erfurt Jerman 21 April 1864 – meninggal di München Jerman 14 Juni1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang
ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman
yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu
sosiologi dan administrasi negara modern. Karya
utamanya berhubungan dengan rasionalisasi
dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi.
Karyanya yang paling populer adalah esai yang
berjudul Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya
tentang sosiologi agama. Weber berpendapat
bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara
budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang
terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan,
Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah
lembaga yang memiliki monopoli dalam
penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang
ilmu politik Barat modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar